Menulis menunjukkan kita untuk bekerja pada keabadian

Selasa, 12 Maret 2013

Mengingat Kembali Permainan Tradisional

Perkembangan jaman dan globalisasi juga merambah dunia bocah (anak-anak. Berbagai jenis permainan anak modern seperti Playstasion menjamur tak terbendung. Dolanan Bocah tradisionalpun perlahan mulai ditinggalkan karena dianggap kuno serta melelahkan. Padahal jika ditinjau lebih dalam, beragam permainan tradisional tersebut secara langsung memberikan pelajaran hidup kepada anak-anak tentang arti toleransi, interaksi sosial, kerja sama tim dan wawasan. Bisa dibandingkan dengan permainan elektronik sekarang yang lebih banyak membentuk perilaku anak menjadi penyendiri serta cenderung anti sosial (susah bergaul, egois dan lain-lain).
Permainan Tradisional yang terdapat di Indonesia sangatlah banyak, diantaranya yaitu:
  • Bethet Thing Thong : Bethet thing thong legendar gong, gonge ilang cam cao gula batu kedhawung ilang.
  • Boy-boy-nan : Pemain berusaha melemparkan tumpukan pecahan genting, atau kreweng dengan bola kasti atau tenis. Satu orang berusaha mencegahnya.
  • Udan barat : Permainan menggunakan gacuk, bisa dari pecahan tegel atau kereweng. Dimainkan dengan melemparkan batu ke garis, yang paling dekat dengan garis dia yang mulai main. Gacuk dipasang di kaki, kemudian orang berjalan jingkat jingkat dengan gacuk terpasang disatu kaki. Yang kalah menggendong yang menang, dari garis ke garis.
  • Benthik : Mungkin sudah banyak dibahas di blog yang lain. Permainan menggunakan dua batang kayu besar dan kecil. Pemain berusaha mencungkil kayu kecil (dengan kayu agak panjang) dari sebuah lubang. Jika pemain lawan tidak bisa menangkapnya, maka lanjut ke level selanjutnya, yaitu Patil Lele.
  • Tawonan : Permainan berkelompok. Dimainkan dengan membuat lingkaran besar di tanah tempat memenjarakan pemain lawan yang tertangkap.
  • Jek-jekan : Dimana bisa dimainkan berkelompok. Masing masing pemain berusaha menyentuh tiang milik lawan. Pemain yang baru saja menyentuh tiang sendiri, jika dia menyentuh lawan, maka lawan akan dipenjara ditiang milik dia. Istilahnya, tuwo tuwonan.
  • Engklek atau engklek : Ada ingkling gunung, ikling montor mabur, ingkling kates, dll.
  • Jamuran : Dimainkan berkelompok beramai ramai bergandengan tangan melingari seorang di tengah, sambil menyanyikan lagu dibawah rembulan penuh.Jamuran, yo ge gethok, jamur apa, yo ge gethok, semprat semprit jamur apa? Lalu pemain yang ditengah menyebutkan sesuatu, seperti: Jamur parut, maka pemain yang melingkar harus mengangkat kakinya untuk dikili kitik dengan kereweng, jika tertawa maka dia jadi yang ditengah. Jamur kendhil borot, semua pemain harus kencing (wakakakakkaakakaka marahi kemekelen) dan jamur jamur lainnya.
  • Ancak-ancak alis : Permainan yang juga dimainkan beramai ramai. Dua orang anak menggabungkan kedua tangan mereka dan diangkat tinggi. Anak-anak yang lain membuat rangkaian satu persatu memasuki melewati kedua anak tadi, sambil menyanyikan lagu. Ancak-ancak alis, si alis kabotan kidang anak-anak kebondungkul si dhungkul…bla bla bla lupa, ada yang ingat?
  • Cublak-cublak suweng : Satu orang diminta melakukan posisi seperti orang bersujud, ndhekem. Kemudian empat atau lima anak lainnya bermain menggilirkan sebuah kerikil ditangan mereka. Setelah selesai, anak yang ndhekem tadi menebak kerikil di tangan siapa. Cublak cublak suweng, suwenge ting gelenter, mambu ketundhung gudel, pak gempong lela legung sapa ngguyu ndhelikake sirpong dhele kosong sir, sirpong dhele kosong.
  • Sepak Sekong : Permainan yang menggunakan bola, biasanya bola plastik. Satu anak menangkap bola yang disepak oleh satu dari mereka. Setelah bola disepak, anak anak yang lain lalu sembunyi. Pemain yang menangkap bola, lalu mencari mereka dan menjaga supaya bolanya tidak disepak oleh pemain lainnya. Jika bola berhasil disepak lainnya, maka harus diulang lagi dan sibocah penunggu bola harus menunggu bola lagi.

»»  READMORE...